Kamis, 22 November 2012

Buletin Jum'at Gerbang Muhlisin Edisi 6, 09 Muharrom 1434 H

Ukhuwah Islamiyah

“Dan ingatlah akan nikmat Alloh kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Alloh mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat itu, sebagai orang-orang yang bersaudara” (Q.S. Ali ‘Imron [3]: 103).”

A. Latar Belakang
Mencintai sesama Muslim dan mengikat tali ukhuwah (persaudaraan) merupakan suatu perbuatan yang amat mulia dan sangat penting. Alloh SWT menyatakan persaudaraan sebagai sifat kaum Muslim dalam kehidupan dunia dan akhirat. Persaudaraan yang terjalin antara kaum Muslim merupakan anugerah nikmat yang sangat besar dari Alloh SWT.
Ukhuwah yang terjalin antara sesama Muslim tersebut dibangun di atas asas iman dan aqidah. Ia adalah persaudaraan yang terbina karena Alloh SWT dan merupakan tali iman yang paling kuat. Oleh karenanya ikatan persaudaraan antara sesama Muslim merupakan model persaudaraan yang paling berharga dan hubungan paling mulia yang mungkin terbentuk antara sesama manusia. 

B. Arti Penting Ukhuwah Islamiyah
Persaudaraan antar Muslim lebih unggul dari hubungan persaudaraan dengan saudara kandung sendiri, karena ikatan aqidah lebih kukuh dari ikatan keturunan. Hal ini dapat disimak dari dialog Nabi Nuh AS:
“Ya Robbi, sesungguhnya anakku termasuk dalam keluargaku dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim Yang Seadil-adilnya”. “Wahai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk dalam keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan). Sesungguhnya (perbuatannya) itu adalah perbuatan yang tidak baik. Oleh sebab itu, janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahuinya. Sesungguhnya aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan (tidak mengerti)” (Q.S. Hud [11]: 45-46).

Mengingat urgesi ikatan antar Muslim ini, Alloh SWT mencatat keutamaan dan pahala yang sangat besar bagi para pelakunya. Dalam hadits dinyatakan:
“Orang-orang yang saling mencintai demi keagungan-Ku akan diberikan padanya mimbar dari cahaya yang dicemburui (ghibthah) oleh para Nabi dan syuhada.” (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad)

“Suatu hari, seseorang melakukan perjalanan untuk mengunjungi saudaranya yang tinggal di suatu kampung. Maka Alloh mengutus seorang malaikat untuk mencegat di suatu tempat di tengah-tengah perjalanannya. Ketika orang tersebut sampai di tempat tersebut, malaikat bertanya: “Hendak kemana engkau ?. Ia menjawab: “aku hendak mengunjungi saudaraku yang ada di kampung ini”. Malaikat kembali bertanya: “Apakah kamu punya kepentingan duniawi yang diharapkan darinya ?”. Ia menjawab: “Tidak, kecuali karena aku mencintainya karena Alloh”. Lantas malaikat tersebut berkata (membuka identitasnya): “Sesungguhnya aku adalah utusan Alloh yang dikirim kepadamu untuk menyampaikan bahwa Alloh telah mencintaimu seperti engkau mencintai saudaramu.” (Diriwayatkan oleh Imam Muslim).

Alloh SWT menurunkan banyak ayat yang berkaitan dengan tema ukhuwah, di antaranya adalah dua ayat dalam surat al-Hujurot, yaitu:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok). Dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain, (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olok) lebih baik dari wanita-wanita (yang mengolok-olok). Dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk setelah iman. Dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. Hai orang-orang yang beriman jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagaian prasangka itu adalah dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain. Sukakah di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati ? maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Alloh. Sesungguhnya Alloh Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (al-Hujurot [49]: 11-12).

Dengan amaliyah yang nyata dari nilai-nilai keimanan di tengah-tengah kehidupan sosial jama’ah, dengan seluruh pendekatan inilah, secara simultan, Rosululloh SAW mendidik komunitas kecil yang saling terkait dengan tali ukhuwah yang mampu menciptakan keajaiban-keajaiban spektakuler serta membangun konstruksi bangunan yang kokoh dan saling terkait, di mana masing-masing sisi memperkuat sisi yang lain. Seseorang tidak berarti jika hanya seorang diri, namun sangat besar nilainya jika banyak saudara. Permasalahan dapat diatasi, beban dan penderitaan menjadi ringan. 
Setan dapat menyesatkan manusia dengan menanamkan kebencian. Ia terus melakukan propaganda sehingga manusia memilih menyendiri, lemah dan malas. Manusia akan dikuasai nafsu dunia melalui khayalan-khayalan. Hati semakin asing dari saudara dan kawan, asing dari dakwah, serta majelis-mejelis ilmu. Alloh SWT telah bersumpah dalam firman-Nya:
“ Demi masa, sesunguhnya manusia benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh dan saling menasihati dengan kebenaran, dan saling menasihati dengan kesabaran.” (Q.S. al-‘Ashr [103]: 1-3).

Nasihat-menasihati macam apakah yang dapat dilakukan jika seseorang tidak mau bergaul dengan orang lain. Perselisihan kerap terjadi lantaran hilangnya keakraban di antara manusia. Umat yang seharusnya berpadu sebagaimana satu tubuh, kini tercabik-cabik dalam jumlah yang tidak mungkin terhitung lagi, menjalani kehidupan yang membosankan, kering, kasar, tiada ruh dan tiada arti. Kehangatan dan keakraban tidak hilang seketika dari kehidupan manusia, melainkan diawali oleh berbagai sebab. Oleh karena itu kita mesti selalu mawas diri agar terhindar dari bujuk-rayu setan yang dapat mengakibatkan kita menyelekan atau bahkan memutuskan tali persaudaraan antar sesama Muslim. Wallohu a’lam.

Download file pdf Buletin Jum'at Gerbang Muhlisin Edisi 6, 09 Muharrom 1434 H http://www.scribd.com/doc/114124104



Tidak ada komentar:

Posting Komentar